Oleh: Roem Topatimasang & Donito
Awalnya sederhana, pelatihan ini sekedar menularkan pengalaman bagaimana memanfaatkan alat-alat rekam audio visual yang sudah tak asing lagi untuk penduduk desa. Mulai dari Handphone yang dilengkapi Fitur rekam gambar dan video, Digital Camera, hingga Video Camera. Alat-alat canggih ini bukan lagi barang "tak terjangkau", bahkan untuk Handphone ber-fitur camera, cenderung bertaburan di desa-desa mulai dari harga dan merk biasa hingga yang terkenal dan lumayan mahal. Begitupun dengan Digital Camera dan Video Camera. Alat dan fitur di dalamnya itu selama ini lumayan bermanfaat untuk mengabadikan peristiwa pribadi dan keluarga. Bagaimana dengan memanfaatkan alat rekam Audio Visual itu untuk pendidikan dan kepentingan bersama? " Saya baru tahu rekaman di HP saya bisa jadi film yang bisa ditonton masyarakat dan jadi bahan diskusi", kata Ook, anak muda pemburu babi dari desa Lolo Kecil.
VIDEO KOMUNITAS
"Kalau seperti yang kita pelajari ini, kedepan kita bisa bikin sendiri rasanya, karena alatnya ada semua", komentar Yanda dan Raphita, 2 dari 6 perempuan yang tak kalah aktif selama pelatihan. Komentar itu 100% benar. Tak ada yang sulit dalam membuat Video Komunitas. Jika diurutkan, proses pembuatan video komunitas sesungguhnya hal mudah mereka praktikkan.
APA SAJA PROSESNYA? Pertama: Merencanakan Tema film dan Sasaran penontonnya. "ah..asal bukan pilem bert-tema Luna Maya, sasarannya semua masyarakat ajalah", begitu ujar Poni yang disambut gelak tawa rekan-rekannya. Kedua: menyusun cerita dan rencana tampilan gambarnya alias Story Board. "ini kami juga bisa, tapi susahnya kami nggak bisa menggambar, jadi story board-nya kotak-kotak diisi tulisan ajalah,". Kata Sep dari desa Selampaung. Ketiga : pengambilan gambar. "haa..ini yang saya tunggu, langsung jepret dan shoting saja," kata Lena dari desa Tanjungsyam. Pernyataan Lena memang benar, apa susahnya pengambilan gambar, apalagi kita sering motret dan shooting pakai handphone. Yang harus dipelajari adalah tehnik dasar saja, misalnya: gambar harus tenang (steady), gerakan kamera ke kiri atau kanan (Pan Left/Right) yang memang diperlukan namun tetap fokus dan relevan dengan tema film. Yang tak kalah penting adalah pengambilan gambar saat adegan wawancara dengan narasumber. Apa yang ditanyakan, siapa yang ditanya, dimana shootingnya, berapa banyak pertanyaanya. Lalu, perlu juga pembuat video berlatih mengukur seberapa terang cahaya yang diperlukan saat shooting, dan seberapa kuat suara yang harus terekam berdasarkan kemampuan rekam alat yang kita pakai. Keempat: proses editing. Pada tahap ini, dibutuhkan peserta dengan kemampuan dasar penggunaan komputer dan berlatih dengan piranti lunak untuk editing. dalam proses inilah kesatuan gambar, suara pokok hasil rekaman, suara pengisi sesuai tema (narasi), dan suara-suara tambahan untuk ilustrasi (backsound) diolah menjadi satu-kesatuan.
Usai melatih empat proses utama, para peserta kemudian mencobanya dengan praktik selama 2 hari dalam proses shooting dan editing. Hasilnya, masing-masing desa membuat 1 film dan ditonton ramai-ramai di desa tersebut pula. Dari Desa Talang Kemuning film "Kayu Manis", desa Lolo Lecil "Berburu Hama Babi", desa Selampaung film "Potensi Wisata Desa", desa Tanjungsyam film "Mendirikan Rumah Kami Setelah Gempa Bumi". Ramai-ramai masyarakat menonton film tentang desa mereka. Yang lebih ramai lagi adalah peristiwa setelah menonton filmnya. Ada yang masih asyik dengan pembicaraan tentang kelucuan orang-orang yang acting dalam film. Ada yang mulai membahas tentang apa yang perlu dan apa yang tidak perlu di shooting menurut mereka, tapi ada pula yang membahasa benar tidaknya isi tema film yang mereka tonton. Bahkan, satu dari perangkat desa mulai angkat bicara, " kalau Kulit Kayu Manis dulu sempat menjadi primadona hasil kebun kita, kenapa sekarang merosot jauh, apa kualitas hasil dari desa kita menurun, atau memang konsumen diluar sana mulai tak menggunakan kulit manis lagi, atau malah pemerintah jangan-jangan tidak serius mengontrol harga produk ini ya, kita harus bagaimana ini?
Hmm..akhirnya Video ini tak sekedar jadi tontonan saja rupanya.
Sumber: INSIST. Silakan juga mengunjungi: http://insist.or.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar